Minggu, 09 Juli 2023

KUTIPAN II, "Halo, Good Morning."

This is simple "Good Morning." Awalan menyapa paling klise tapi bisa berpengaruh seharian penuh. Mulai dari ku buka kedua netra dengan rambut yang acak-acakan seperti singa lalu beranjak menyapa dirimu lewat gawai ketinggalan jaman milikku yang ku beli tiga tahun lalu. 

Iya, seharusnya aku minum dulu sebab sudah 5 jam lamanya aku tertidur. Maaf, aku begadang lagi, tolong jangan marahi. Lagipula siapa yang menyuruhmu datang ke mimpi padahal kemarin sudah saling menghabiskan waktu hingga larut. Kamu benar-benar menginap dalam otakku, Ant.

"Aku sedang sarapan," ucapmu dengan pipi penuh lauk. Lucu sekali. Ku tatap lamat-lamat bagaimana cantiknya kamu meski dalam layar, "Lahap banget makannya." Ah, aku salting. Ku bilang aku salting padahal kamu hanya sedang menyantap hidanganmu. Aneh.

Kita saling melempar tanya didepan layar, alasan hari ini yang buat kita jauh lagi. Kamu dengan lembar tugas mu sedangkan aku dengan pekerjaanku. Cukup, aku selalu merasa cukup asal ada kamu dalam hari-hariku.

"Kopi lagi?" 

Ku jawab dengan seringai manis, sebab kamu memang tak pernah melarang ku tentang kebiasaan ini. Nyaman sekali rasanya. Ntah bagaimana caramu melarang dengan tutur yang kelewat lembut, sampai-sampai aku tak sadar jika itu sebuah teguran.

"Aku bakal sibuk sampai siang nanti, kamu gapapa kan kalau gak ku hubungi dulu?" Mengingat beberapa schedule yang ku dapat hari ini, ku rasa aku akan sedikit telat dalam berkabar. Takut-takut kau mencari ku.

"Engga apa-apa banget, aku juga mau ada kelas nanti." Kamu mengangguk sangat paham akan situasi, tak meminta dihubungi selalu maka dengan itu akan ku percepat waktu. Sejujurnya aku memang selalu rindu, Ant. Bagaimana dengan kamu?

Tepat pukul depalan pagi kami menyudahi acara vidio call singkat itu, beralih bersiap-siap untuk kegiatan masing-masing. Sungguh, Ant, jika kau ingin tau semenjak ada notif darimu aku sangat bersemangat dalam beberapa hal. Semangat sampai senyum tak habis-habis.






BERSAMBUNG....

Minggu, 25 Juni 2023

KUTIPAN I, "Halo."

Pada permulaan yang tak diduga-duga. "Halo." Menjadi ucapan paling biasa yang sama-sama kita lontarkan pada pertemuan pertama. Tutur kata yang saling bersautan melambat-laut akrab pada kenikmatan. Sehabisnya sibuk bicarakan tipu muslihat yang terdengar sangat melankolis berujung senyum-senyum dibalik kemeja tipis. Iya, tak ambil pusing pada perkiraan cuaca panas pada hari itu. Sebab kita bertemu untuk saling membuat teduh.

Pesan singkat datang disela lamunan; dari 'Sayangku.

"Sudah pulang?"
"Masih dijalan."

Ragu-ragu yang berbisik didalam rungu. Tersumbat pikiran rancu menguasai akal yang dungu. Bagaimana jika hal yang biasa seperti ini bisa kita rindukan suatu hari nanti? Apakah akan ada sebuah pengulangan atau justru berhenti karena sudah tak ada lagi perjalanan ... Tidak ada yang tahu seperti apa kita setelah ini; masih bersama geluti amerta, atau malah asing terkubur gengsi masing-masing sebab tak ada lagi kisah yang sama. Persetan dengan pikiran kalbu, yang sekarang kita lakukan hanyalah menghabiskan waktu sebab hanya kabar baik yang seharusnya kita ramu.

Memang terlalu jauh untuk kearah sana saat kita baru saja memulai. Daripada memikirkan hal yang menjengkelkan lebih baik ku buat sebuah gurauan. Kita saling mengisi, kau tertawa amat sangat lucu sekali, selalu, sampai rasanya aku ingin ambil kuasa atas bahagiamu.

"Ant, namamu seperti semut!" ledekku

Dia ancang-ancang ingin memukul. Aku tertawa simpul.

"Aku lebih besar dari itu, tau."
"Kalau gitu coba berdiri," ucapku.
"Lihat! Aku bahkan lebih tinggi dari kamu, Pra!"

Benar sekali, Ant lebih tinggi dariku sebab ia berdiri diatas kursi yang tadinya ia duduki. Didepan rumahnya yang sepi serta dua minuman diatas meja buatannya tersaji. Kita bertemu malam ini, setelah pesan ku yang hanya ia baca tadi sore— kupikir ia merajuk, tapi gengsi untuk bilang jikalau ingin bertemu. Lalu ku luangkan waktu tanpa pulang terlebih dahulu sebab menurutku.. aku juga tak kalah rindu.

Kali ini aku benar-benar dipukul sebab membuat ekspresi seperti badut. Tak sakit tapi aku pura-pura meringis. Lalu sesuai harapan tangannya yang satu mengelus lembut puncak kepalaku. Alah, apa kubuat saja kita menjadi satu rumah? pikirku.

"Ant, ant, aku ingin pulang."

Parasnya berubah tak seceria tadi, namun kepalanya mengangguk-angguk setuju. Selalu begini, padahal jika Ant ingin aku lebih lama bersamanya pasti akan ku turuti.

"Selamat malam." Itu saja katanya.

Lalu ku perlambat waktu dengan meraih raganya dalam dekapku. Seakan-akan tak bertemu lagi esok, juga semisalnya aku tak dapat mencium tiap helai rambutnya kembali seperti malam ini. Karena Ant teramat pas untuk dipeluk, teramat cantik untuk ku rayu, juga teramat manis untuk kutatap sepanjang waktu.









BERSAMBUNG..



KUTIPAN II, "Halo, Good Morning."

This is simple  "Good Morning." Awalan menyapa paling klise tapi bisa berpengaruh seharian penuh. Mulai dari ku buka kedua netra d...